24 C
id

Dikes NTB : Tidak Ada Dokter atau Rumah Sakit Sengaja COVID-19-kan Pasien

Foto : Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat (NTB), dr Lalu Hamzi Fikri.

iteNTB - Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat, dr Lalu Hamzi Fikri membantah bahwa ada dokter atau rumah sakit yang sengaja mengcovidkan pasiennya.


"Saya tegaskan tidak ada rumah sakit atau dokter dan tenaga kesehatan mengcovidkan pasien. Tidak ada itu," kata Hamzi Fikri seusai rapat koordinasi evaluasi penangangan COVID-19 di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Senin.


Hamzi mengakui, saat ini angka pasien COVID-19 terus menunjukkan peningkatan. Hanya saja kata dia, dokter maupun rumah sakit tidak ingin pasien COVID-19 terus bertambah. Bahkan, para nakes berdoa agar jumlah pasien tidak terus bertambah.


"Justru kami tidak ingin rumah sakit itu penuh, bahkan kita para nakes berdoa agar jumlah pasien ini tidak terus bertambah. Keinginan kita 2 tahun terakhir sama, bagaimana keluar dari pandemi COVID-19," tegas Hamzi menyikapi isu yang berkembang di tengah masyarakat bahwa dokter maupun rumah sakit sengaja memvonis pasien positif COVID-19 demi meraup keuntungan anggaran COVID-19 dari pemerintah.


Menurut mantan Direktur RSUD Provinsi NTB itu, terpenting saat ini bagaimana masyarakat mengikuti anjuran untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga bisa menekan laju penyebaran COVID-19. 


"Kerjasama semua pihak dibutuhkan, terutama dari hulu bagaimana kita sama-sama menerapkan protokol kesehatan dan menghindari kerumunan untuk mencegah penyebaran COVID-19," katanya.


Sebelumnya viral di media sosial seorang warga memarahi perawat Puskesmas Janapria, Lombok Tengah, Sabtu (24/7) karena menolak dilakukan rujukan medis dari orang tuanya yang diagnosis terpapar COVID-19 menuju RSUD Praya untuk mendapatkan penanganan secara khusus.


Kapolsek Janapria, Iptu H Muhdar bersama beberapa anggota yang hadir di Puskemas Janapria menenangkan warga yang menolak hasil swab dan rujukan ke RSUD Praya tersebut.


"Warga yang terpapar tersebut inisial K (69) asal desa Prako Janapria. Pasien masuk Puskemas untuk berobat pada Sabtu kemarin karena mengalami keluhan demam selama 4 hari, mencret mual, muntah dan batuk," jelas H Muhdar, Minggu (25/7) malam.


Setelah dilakukan penanganan Medis dan Swab antigen, pasien tersebut terkonfirmasi positif COVID-19. Beberapa saat kemudian datang anak kandung dari pasien, inisial Khairul Fikri. Ia datang dengan marah-marah kepada dokter atau perawat di Puskesmas.


"Khairul Fikri menunjukkan sikap penolakan serta menyimpulkan bahwa hasil periksa kedokteran di Puskesmas Janapria tidak bisa dipercaya dan terkesan di buat-buat atau terlalu cepat memvonis pasien menjadi terpapar COVID-19," terangnya.


Diceritakan, saat itu penanggung jawab medis di Puskemas Janapria yakni dr. Putu telah menjelaskan bahwa tindakan kedokteran sudah akurat berdasarkan petunjuk medis dan alat yang digunakan oleh pemerintah dan pekerjaaan ini bertaruh dengan jabatan maupun profesi kedokteran.


"dr. Putu menjelaskan kepada warga tersebut bahwa pasien yang terindikasi terpapar COVID-19 yang memiliki penyakit bawaan diharapkan untuk ditangani di ruang khusus dan penanganan secara khusus, sedangkan OTG dapat menjalani Isolasi Mandiri di rumah," ungkapnya.


Melihat arogansi warga tersebut, pihaknya mencoba menetralisir situasi serta menenangkan warga yang menolak orangtuanya untuk dirujuk ke RSUD Praya.


"Lantaran keluarga pasien menolak rujukan, akhirnya Puskesmas Janapria memberikan surat penolakan tindakan medis yang ditanda tangani oleh yang bersangkutan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap resiko yang akan dialami pasien ataupun lingkungan," imbuh Kapolsek.



Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

Ads Single Post 4