24 C
id

Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Pastikan Mesin Irigasi Tetes Berfungsi Normal

Keterangan Foto : Derasnya aliran air sumur bor yang keluar dari mesin pompa untuk irigasi tetes di Dusun Batu Keruk, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (6/10/2021).


iteNTB - Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat memastikan sarana pertanian dengan teknologi irigasi tetes atau drip irrigation di Dusun Batu Keruk, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara masih berfungsi dengan baik dan normal.


"Kalau alat pompa irigasi tetes itu baik-baik saja dan normal, tidak mangkrak. Tapi memang saat ini tidak semua petani menanam jagung karena masih menunggu waktu tanam," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhammad Riadi saat meninjau lokasi irigasi tetes di Dusun Batu Keruk, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Rabu.


Riadi mengakui, yang menjadi hambatan warga saat ini adalah pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang harganya terlampau mahal karena non subsidi. Akibat tingginya harga BBM tersebut masyarakat kesulitan untuk mengoperasikan mesin irigasi tetes.


Terkait tingginya harga BBM tersebut, kata Riadi, pihaknya berjanji akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk Pertamina untuk membicarakan hal tersebut.


"Jadi alat ini sesungguhnya berfungsi dengan baik. Saya sulit menerima karena dibilang alat ini tidak berfungsi. Beda dengan alat yang berfungsi tapi tidak dimanfaatkan ya," tegasnya.


Menurutnya, keberadaan irigasi tetes dari sangat membantu petani. Di mana lahan yang tadinya hanya ditanami sekali dalam setahun, bisa ditanami sepanjang tahun karena ketersediaan air mencukupi berkat irigasi tetes. Terutama di lahan yang kekurangan pasokan air, sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi 8-9 10 ton.


"Sebetulnya ada dua pola yang dipakai selain irigasi tetes ada juga dengan air mengalir. Tinggal masyarakat ini milih yang mana. Kalau mau irigasi tetes tinggal buka kran untuk irigasi tetes, kalau mau ngalir langsung tinggal buka krannya saja. Jadi tidak ada irigasi tetes mangkrak," ucap Riadi. 


Dijelaskan, sejak awal dimulainya program ini para petani mengandeng pihak ke tiga yaitu PT Agrindo. Pola kemitraan yang dibangun antara kelompok tani dengan PT Agrindo melalui pembiayaan sarana produksi (Saprodi) berupa benih, pupuk, obat-obatan dan bahan bakar yang dibiayai oleh pihak perusahaan dengan dilakukan perhitungan setelah panen jagung sedangkan lahan dan tenaga kerja dari petani/poktan.


Dalam kerjasama juga diatur para petani menjual hasil panen kepada PT Agrindo dengan harga yang disepakati bersama dengan harapan ke depan seluruh petani dapat bermitra, untuk meringankan biaya produksi, jaminan pasar dan harga, keseragaman pola tanam. 


"Intinya kondisi irigasi tetes di lapangan berfungsi normal, kecuali yang terbakar sekitar 10 hektar," katanya.


Pembangunan irigasi tetes di Kabupaten Lombok Utara berakhir pada bulan Desember 2019 dan dihibahkan Pemprov NTB kepada Kelompok tani penerima bantuan di Dusun Batu Keruk dan Dusun Temuan Sari, Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara seluas 199,5 ha.


Sumber air irigasi tetes ini diambil dari lima unit Sumur pompa yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I (BWS NT I) yaitu SPB.303,  SPB.140, dan  SPB.141 (yang terletak di Desa Batu Keruk), SPB.212 dan SPB.168 (yang terletak di Dusun Temuan Sari). 


Keterangan Foto: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhammad Riadi memperlihatkan mesin pompa sumur bor saat meninjau lokasi irigasi tetes di Dusun Batu Keruk, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Rabu (6/10/2021).


Supervisor Pertanian PT Agrindo Karya Persada, Fajar mengatakan memasuki musim hujan banyak masyarakat yang menolak menjadi mitra dengan alasan penghematan.


Kata dia, bahan irigasi tetes berasal dari Timur Tengah. Menggunakan emiter untuk mengatur tetesan air. Setiap hari, lahan akan dialiri irigasi tetes selama dua jam, dengan jumlah air 1,5 liter.


"Kita siram selama dua jam setiap satu area. Itu setiap hari antara pagi atau sore hari," terangnya.


Ia mengakui, sebelum menjadi seperti saat ini lahan tersebut merupakan lahan tidak produktif dan tandus lantaran tidak ada air. Masyarakat juga hanya dapat panen jagung satu kali dalam setahun. Namun setelah program irigasi tetes, maka masyarakat dapat panen tiga kali dalam setahun


"Irigasi tetes kita semuanya berfungsi," ucapnya.


Fajar mengakui, yang masih menjadi kendala saat ini adalah konsumsi BBM jenis solar yang terlalu tinggi. Tingginya solar tersebut banyak petani yang tidak kesulitan membayar," terangnya.


Oleh karena itu, Fajar menepis bahwa irigasi tetes tidak berfungsi karena  mangkrak. 


Keterangan Foto: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhammad Riadi menunjukan jagung hasil teknologi menggunakan irigasi tetes di Dusun Batu Keruk, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Rabu (6/10/2021)


Sementara itu, Penyuluh Pertanian Desa Akar-Akar, Baharudin, mengatakan di musim kemarau irigasi tetes sangat membantu petani. Karena mampu meningkatkan kapasitas produksi pertanian yang ditanami oleh warga, sehingga 


"Alhamdulillah sangat membantu irigasi tetes ini saat musim kemarau, sehingga sangat diperlukan untuk biaya operasional. Padahal sebelum ada proyek tersebut, tidak ada seperti ini karena lahan di tempat ini tadah hujan," katanya.

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

Ads Single Post 4