24 C
id

Menko PMK : Angka Kematian Bayi dan Stunting di NTB Tinggi

Keterangan Foto: Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meninjau fasilitas kesehatan di RSUD Provinsi NTB di Mataram, Sabtu (4/12/2021).


iteNTB - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan bahwa kasus kematian bayi dengan berat badan rendah di Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat tinggi.


"Angka kasus bayi berat badan rendah masih sangat tinggi di NTB," ujarnya disela-sela meninjau fasilitas kesehatan di RSUD Provinsi NTB di Mataram, Sabtu.


Muhadjir menyebutkan, sampai dengan September 2021 dari data 518 angka kelahiran di NTB, sebanyak 112 bayi dinyatakan meninggal dunia.


"Angka yang sangat tinggi," kata Muhadjir.


Selain tingginya kasus kematian bayi dengan berat badan rendah, NTB kata Muhadjir, juga masih dihadapi tingginya kasus stunting.


"Angka stunting di NTB ini juga cukup banyak," terangnya.


Menurut Muhadjir, tingginya angka kasus kematian bayi dengan berat badan rendah di NTB, salah satunya disebabkan adanya perkawinan anak dan perkawinan di bawah umur.


"Karena perkawinan di bawah umur, sehingga ini menyebabkan janinnya belum siap untuk mengandung dan banyak melahirkan bayi yang tidak memenuhi syarat terutama berat badan yang rendah," ungkap Muhadjir.


Oleh karena itu, menyikapi hal tersebut Muhadjir meminta perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk segera melakukan upaya-upaya secara komprehensif dan menyeluruh agar kasus-kasus semacam itu bisa ditekan.


"Saya minta perhatian Pemprov NTB. Disini ada Wakil Gubernur NTB, Direktur Rumah Sakit agar penanganan kelahiran bayi dilakukan secara komprehensif, menyeluruh mulai dari upaya pencegahan, melajukan kampanye bayi lahir sehat dan mencegah bayi lahir tidak sehat," kata Muhadjir.


Selain upaya komprehensif dari pemerintah daerah, Muhadjir juga mendorong agar rumah sakit juga melakukan penanganan secara serius. Karena, dirinya melihat fasilitas rumah sakit di NTB sudah cukup lengkap melakukan penanganan seperti itu.


"Penanganan di rumah sakit itu bagaimana bayi bisa selamat, karena bagaimanapun kita menyelamatkan nyawa dari seorang cabang bayi. Yang mana bayi itu merupakan titipan dari Tuhan," tegasnya.


"Disini kan juga ada pola asuh anak. Di mana itu khusus melayani keluarga atau ibu-ibu yang anaknya menderita stunting. Jadi disini di rawat dipantau perkembangannya dari hari ke hari. Kalau berat badannya belum normal diantar sampai normal. Kalau besar tempurung kepalanya atau masih belum standar ya didorong agar bisa dibantu sehingga perkembangan otak si bayi betul-betul menjadi bayi yang normal. Jadi setiap bayi yang stunting itu dirawat dijaga dengan berbagai macam intervensi terutama kehadiran nutrisi sehingga bayi betul-betul keluar dari jebakan stunting," sambung Muhadjir.


Oleh karena itu, lanjut Muhadjir, sistim yang sudah bagus itu harus tetap dirawat, meski sifatnya masih protipe atau model diharakan bisa direplikasikan di rumah sakit dan puskesmas di NTB. 


"Dan kalau ini berhasil bisa kita pertimbangkan dipakai secara nasional. Karena itu saya optimis pada 2024 angka stunting di NTB bisa dibawah 14 persen sesuai dengan yang ditargetkan Presiden Jokowi," katanya.


Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah tak menampik angka stunting di NTB masih cukup tinggi. Namun demikian, menurutnya dalam tiga tahun terakhir trend angka stunting di NTB sudah cukup bagus penurunannya.


"Angka stunting kita dari sebelumnya 33 persen sekarang sudah 20,66 persen. Itu sudah cukup bagus. Tinggal bagaimana pekerjaan rumah (PR) kita 2022 dan seterusnya ini terus turun angkanya," kata Rohmi.


Menurut Wagub NTB, untuk menekan angka stunting terus turun. Maka tidak ada cara lain penanganan stunting harus seirama dan tersistem mulai dari pemerintah provinsi hingga pemerintah kabupaten dan kota hingga tingkat dusun. Termasuk yang perlu juga ditekankan yakni bagaiman standar pelayanan rumah sakit dan puskesmas hingga posyandu juga harus sama, sehingga tidak bisa provinsi bekerja sendirian tanpa ada dukungan dari kabupaten dan kota.


"Itulah mengapa kita kemudian melakukan program revitalisasi Posyandu yang saat ini sudah 100 persen. Salah satunya untuk bisa memberikan edukasi sehingga para ibu tahu kondisi anaknya dan harus di bawa kemana anaknya. Karena penangangan stunting ini kalau terlambat ya menyebabkan kematian bayi. Tapi yang jelas kita optimis angka stunting kita terus turun," katanya.


Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

Ads Single Post 4