24 C
id

Tinggalkan Partai Gerindra, Budi Wawan Pilih Bergabung ke Golkar

Keterangan Foto: Budi Wawan berlabuh ke Partai Golkar.


iteNTB - Salah seorang kader Partai Gerindra Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Budi Wawan memutuskan pindah dan bergabung dengan Partai Golongan Karya (Golkar). 


Budi Wawan mengaku ada sejumlah alasan dirinya akhirnya memilih bergabung dengan Partai Golkar. Pertama, Partai Golkar adalah Partai yang ada sejak 20 Oktober 1964, secara historis sangat berpengalaman dalam kancah perpolitikan nasional. 


"Dari sekian masa, sekian dekade, sekian rezim dengan akar kuat dan kokoh, menjadikannya Partai Politik yang established sebagai penyangga Demokrasi," ujarnya, Jumat (13/5/2022).


Alasan kedua, pengalaman rekam jejak panjang, Partai Golkar adalah organisasi politik yang matang dari segala isi baik ide maupun praktekpraktek dalam ruang politik 


"Ketiga, bagi saya, Partai Golkar  secara mekanisme dalam tata kelola organisasi sangat terbuka dan demokratis, dan keempat, Partai Golkar merupakan ruang yang sangat mengapresiasi kader-kader yang ingin bekerja baik secara kuntititatif dan kualitatif," ungkap Budi Wawan.


BW sapaan akrabnya menegaskan, dengan pertimbangan matang melalui proses kontemplasi panjang dan setelah istikharah, dirinya menentukan sikap politik untuk bergabung dengan Partai Golkar. 


"Semoga sikap politik saya menjadi tepat dan menjadi manfaat bagi Partai dan Masyarakat ke depannya. Aamiin Yaa Rabb #PartaiGOLKAR #SuaraRakyatSuaraGolkar #KerjauntukIndonesia," ucapnya. 


Sebelumnya, BW telah menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Kader ke DPC Gerindra Lombok Timur pada 2 Februari 2022.


Adapun isi surat tersebut yakni, dengan ini menyatakan pengunduran diri dari keanggotaan dan kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kabupaten Lombok Timur. 


Alasan pengunduran itu, selaku kader dan pengurus sejak tahun 2010, yang telah mengikuti pemilihan legislatif pada 2014 dan 2019 dengan perolehan suara yang cukup signifikan, namun gagal untuk duduk sebagai anggota DPRD. 


Pada Pileg 2009 Partai Gerindra tidak memiliki kursi di DPRD, pada tahun 2014 dengan perjuangan semua kader mengantarkan Gerindra menduduki kursi DPRD sebanyak lima kursi untuk 5 daerah pemilihan. 


"Saya sebagai kader yang gagal mendapatkan kursi tadinya berharap dari teman satu partai satu dapil yang berhasil duduk menjadi anggota DPRD memperhatikan kader-kader yang telah menjadi vote gater (pendulang suara) bagi partai," tegasnya. 


Namun lanjut BW, ekpektasi itu jauh dari kenyataan, kader yang memperoleh kursi justru bersikap acuh tak acuh tanpa memperhatikan konstituennya dengan program aspirasi yang seharusnya terdistribusi pada setiap wilayah caleg caleg lainnya walaupun mereka tidak berhasil duduk. Karena pemilihnya adalah pemilih partai yang seharusnya diperhatikan oleh kader jadi.


"Saya merasa mekanisme partai tidak berjalan secara idealnya sebuah organisasi, karena kesan yang lahir adalah pengelolaan partai yang didasarkan pada pendekatan like or dislike. Siapa yang disukai oleh pimpinan, maka dia yang difungsikan," cetusnya. 


Menurutnya, hal ini merusak mekanisme dan tatanan organisasi. Bagi kader yang hanya bisa mencari muka, mereka diberikan ruang. 


"Saya kader yang pernah duduk sebagai Sekretaris Cabang, dengan penuh totalitas bekerja untuk mengawal partai dalam tahap verifikasi KPU untuk 2 tahap Pileg yakni 2014 dan 2019. Saya dengan kapasitas jabatan seharusnya diberikan reward dan penghargaan dengan diberikan posisi no urut 1, namun pada faktanya selalu diberikan no urut 2. Entah dengan alasan apa para pemangku kebijakan dipartai mengeluarkan keputusan seperti itu," BW membeberkan. 


BW menambahkan, selama dirinya menjadi kader partai Gerindra, ia merasakan tidak nyaman dengan mekanisme organisasi yang terlalu banyak intervensi dari para petinggi. Gerindra sebagai partai kader yang memiliki AD)ART seharusnya dikelola dengan mekanisme aturan yang konstitusional


"Terakhir, terkait pergantian struktur kepengurusan, saya selaku kader lama tidak pernah dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan atau rapat-rapat partai. Sehingga saya merasa bahwa saya tidak dibutuhkan lagi oleh partai," katanya.


Ketua DPD II Golkar Lombok Timur, H Hasan Rahman dikonfirmasi membenarkan bahwa Budi Wawan sudah menjadi kader Golkar. 


"Iya, ceritanya panjang," ujarnya.


Ia menjelaskan, banyak para tokoh yang ingin bergabung, begitu juga eks kader Golkar yang sebelumnya sudah pindah ke Partai lain namun kembali lagi ke Golkar dengan berbagai alasan. Intinya Golkar membuka ruang bagi siapapun yang ingin bergabung. 


Terhadap Budi Wawan memang sudah menjadi bagian dari kader Golkar setelah menyerahkan syarat formalnya. 


"Kalau potensi untuk didorong pada Pileg 2024, kami Partai ada prosedur, selama yang bersangkutan memenuhi persyaratan dan bagus komunikasi dengan masyarakat," katanya.





Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

Ads Single Post 4